Selasa, 25 September 2012


Metode Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an

A. Muqoddimah
Fenomena yang terjadi di masyarakat kita, terutama di rumah-rumah keluarga muslim
semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al Qur'an. Hal ini disebabkan karena terdesak dengan
munculnya berbagai produk sain dan tehnologi serta derasnya arus budaya asing yang semakin
menggeser minat untuk belajar membaca Al Qur'an sehingga banyak anggota keluarga tidak
bisa membaca Al Qur'an. Akhirnya kebiasaan membaca Al Qur'an ini sudah mulai langka. Yang
ada adalah suara-suara radio, TV, Tape recorder, karaoke, dan lain-lain.
Keadaan seperti ini adalah keadaan yang sangat memprihatinkan. Belum lagi masalah
akhlak, akidah dan pelaksanaan ibadahnya, yang semakin hari semakin jauh dari tuntunan
Rasululloh . Maka sangat diperlukan kerjasama dari semua fihak untuk mengatasinya. Yaitu
mengembalikan kebiasaan membaca Al Qur'an di rumah-rumah kaum muslimin dan membekali
kaum muslimin dengan nilai-nilai Islam, sehingga bisa hidup secara Islami demi kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Pada dekade belakangan ini telah banyak metode pengajaran baca tulis Al-Qur'an
dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak disusun dan dicetak. Para
pengajar baca tulis Al-Qur'an tinggal memilih metode yang paling cocok baginya, paling efektif
dan paling murah.
Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran senantiasa memiliki kekuatan
dan kelemahan. Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal,
yaitu :
1. Kemampuan guru.
2. Siswa
3. Lingkungan.
4. Materi pelajaran.
5. Alat pelajaran.
6. Tujuan yang hendak dicapai.
Dalam mengajarkan baca tulis Al-Qur'an harus menggunakan metode. Dengan menggunakan
metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata
bagi siswa.3
B. Metode-metode baca tulis Al-Qur'an di Indonesia.
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak berkembang di Indonesia
sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan berdasarkan karakteristiknya.
1. Metode Baghdadiyah.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari Baghdad masa pemerintahan
khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih
berkembang secara merata di tanah air.
Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang
mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara
garis besar, Qoidah Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan
secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan
berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar )
karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini
diajarkan secara klasikal maupun privat.
Beberapa kelebihan Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema
sentral.
c. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
d. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri.
e. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.